
Oke, kembali
pada jalan-jalan kali ini. Sebenarya meneruskan jalan-jalan dalam misi kemarin
yang sempat tersendat, namun menjadikan banyak inspirasi bagi saya (edisi
jalan-jalan menemui wartawan). Kali ini, saya datang ke Jogja untuk
mewawancarai beberapa informan untuk tugas yang akan kami kerjakan. Namun pada
tulisan ini saya tidak ingin membicarakan mengenai tugas suci ini,hehehe J
Saya ingin
bercerita soal pesan dari salah satu informan kami, namanya Pak Sihono HT,
Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jogja. Di sela wawancara kami, beliau
memberikan tiga pesan, khususnya bagi kita Mahasiswa dan generasi muda yang masih
punyak banyak waktu. Ketiga pesan itu adalah,
Peka. Peka melihat
keadaan sekitar. Jangan cuek bebek, jangan hanya berada pada apa yang sudah
menjadi rutinitas kita saja. Cobalah keluar, lihat dunia di luar keseharian
kita, kalau istilah saya sih, ‘jalan-jalan’. Yuk, kita banyakin jalan-jalannya,
toh gak salah juga kan? Jalan-jalan kan menyehatkan badan, betul? Sebagai mahasiswa,
saya sedikit demi sedikit menyadari kalau Cuma jadi mahasiswa yang pasif saja
gak cukup. Karena ternyata, kalau teori gak diimbangi dengan praktik, ya
jadinya jomplang.
Kritis. Kalau
kita sudah mulai berani buat ‘jalan-jalan’ dan mulai tertarik juga buat peduli.
Maka, selanjutnya ya perlu pemikiran kritis. Saya sebelumnya, sedikit takut
untuk belajar menjadi orang kritis, takut gak ada temen. Hehe, karena jujur
saya adalah tipe orang yang ‘gak enakan’ dan suka cari damai dan aman. But,
think again! Kalau sudah mulai peka, lihat keadaan sekitar, tapi kita
anggap semua hal yang menyimpang dari keadaan sebenarnya adalah hal yang biasa,
SO.. apa guna kata peka? Pesan kedua ini, saat saya pikirkan mulai
mengajari saya bagaimana menjadi orang berani bersuara. Mulai membuat hal-hal
baru dan berguna bagi sekitar. Karena mahasiswa sebenarnya bukan hanya untuk ijazah
pekerjaan bukan? Tetapi juga untuk mengabdi pada masyarakat. Oke, kedua pesan
sudah masuk otak saya ketika saya mengetik tulisan ini.
Terakhir adalah
solusi. Nah ini dia nih...kegemarannya mahasiswa. Apalagi kelas saya, kelas
komunikasi. Namanya juga komunikasi, pasti ada kegiatan berbicara di dalamnya
bukan, dan kelas saya sering diadakan presentasi, latihan berbicara, namun
terkadang sering juga tanpa menemukan penyelesaian masalah (solusi). Kata ini
juga yang jarang banget kita temui di elit politik negara ini, jadinya...ya
seperti yang kita bisa lihat. Lucu bukan?
Loh, saya
jadi banyak mengkritisi orang. Maaf ya..saya mulai mempraktikkan kata kedua
barusan. Kembali pada solusi, ini adalah kata yang paling sulit. Karena setiap
orang pasti mudah untuk protes, tidak senang, atau tidak setuju. Namun, saat
ditanyai seharusnya bagaimana, tidak banyak juga yang diam seribu bahasa. Karena
saat ia memberikan protes, tidak terpikirkan sebelumnya bagaimana seharusnya
permasalahan ini bisa diselesaikan. Selain itu, kita juga harus tunjukkan
dengan bukti atau kerja nyata, tidak hanya bicara dan diskusi saja.
Tiga kata di
atas, bisa jadi hadiah kan? Dan hadiah itu, saya bagi dengan kalian yang
membaca tulisan ini. Eits, tapi tunggu dulu. Hadiah kan gak canting dong kalau tanpa
pita warna pink.hehe...
Saya ingin
menambahkan satu kata lagi sebagai pita, kata tersebut adalah konsisten. Tetap teguh
pada pendirian kebenaran saat ditawari macam-macam. Karena manusia sering
merasa tergoda, maka pita ini sepertinya juga penting untuk terus dibawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar