LAMARAN BUAT IBU
Setiap orang pasti punya impian
masing-masing, begitupun dengan aku. Jika tuhan bertanya padaku hal apa yang
ingin sekali aku pinta, jawabku hanya satu yaitu aku ingin ayah kembali bersama
kami disini dan tak akan pernah tinggalkanku lagi. Semuanya begitu cepat tuhan
sampai aku tak menyadarinya. Baru sekarang aku tahu apa arti dari kehilangan
itu, dan ini membuatku begitu sedikit rapuh.
Aku
percaya semuanya akan baik-baik saja, selalu ada ibu yang siap menjadi temanku
jika aku membutuhkan tawa, ada ibu yang siap menjadi seorang guru jika aku
butuh pelajaran hidup, pastinya ada ia yang selalu menjadi seorang ibu
seutuhnya jika aku butuh belaian hangat dari tangan lembutnya, walau kini tak
ada ayah lagi yang bisa kuandalkan dalam beberapa hal. Juga ada kaka yang
berusaha sebaiknya menjadi seorang kaka. Ini terlalu sempurna untukku bukan?
Jadi aku tak perlu mengeluh atau merasa kurang dengan semua yang kumiliki
sekarang ini.
^^^^
Seperti
biasanya pada pagi ini aku bangun dengan tekad memperbaiki hari sebelumnya.
Hari ini hari minggu, jadi aku bisa membantu ibu menjaga warung makanan kami.
Aku senang jika ia merasa terbantu olehku.
Aku masih duduk di bangku
SMP, aku kelas satu. Namun aku sudah sangat mengerti dengan apa yang dihadapi
ibuku untuk kehidupan kami, ini semua sungguh berat untuk seorang perempuan
menghadapinya dalam sendiri. Ibu harus menanggung biayaku dan kaka perempuanku
yang sedang kuliah di jakarta sana, aku tahu itu tak mudah. Namun entah mengapa
aku selalu berpikir saat ibu sendiri, saat ibu sedang merasa lelah akan selalu
ada ayah yang siap menemani ibu, meskipun itu tak mungkin namun bayangnya pasti
akan selalu ada karena ayah adalah orang yang setia dan karena pikiran itu aku
merasa tenang.
“
Cisa...ambilkan tempat sayur yang ada di meja!” seru ibu dari kejauhan.
“iya
bu...” aku segera pergi dari lamunan.
“bu,
apa ga cape sendiri terus? Mbo ya cari pendamping biar ada yang ngebantu ngurus
anak-anak juga bu,, ksian
loh Cisa dia itu butuh figur ayah.” Aku mendengar tetangga itu mengucapakan
kalimat yang menurutku tidak enak didengar, aku sensitif soal ini. Aku bisa
mendapat figur ayahku, karena ayahku akan selamanya hidup. Dan aku akan
membantu ibu sekuat tenagaku, aku tak mengerti, orang itu menyuruh ibuku
selingkuh! Ia pastinya tahu kalau ibu punya ayah, lalu kenapa orang itu
menyuruh ibu mencari laki-laki lain. Aku tak terima akan hal ini!
“kalau
masalah itu saya masih bisa ko bu sendiri. Saya masih kuat, kan selalu ada Cisa
yang siap bantu saya. “ ibu menjawabnya dan tersenyum
kepadaku, aku juga tersenyum padanya tanda aku setuju bahwa aku akan selalu
siap membantu.
Dasar orang itu kurang kerjaan, kenapa ia menyuruh ibu untuk
melakukan hal yang tidak baik, selingkuh itu fatal bukan, Kalau ayah marah dan
menceraikan ibu bagaimana? Tapi... apa ayah bisa bilang ke ibu jika ia marah?
Hmmmmm seharian aku memikirkan ini, dan
aku tak menemukan jawabannya. Aku tak berani menanyakan langsung pada ibu. Juga
pada kaka aku takut dimarahinya, dia kan galak. Nanti aku akan tanya pada bu
Fani wali kelasku, dia kan sangat baik padaku. Ah ide bagus, pikirku.
Ku
rebahkan badan di kasur, istirahat sejenak. Aku melihat ayah waktu itu, begitu
nyata. Ia tersenyum padaku dan wajahnya begitu damai masih sama seperti dulu.
Wajah yang hangat, wajah yang aku lihat waktu kecil dulu. Dan kini aku telah
dewasa ayah..aku berusah mengerti arti dari dewasa itu, karena kata kaka aku
harus cukup dewasa agar aku mengerti dunia ini. Aku harus dewasa agar aku bisa
mengurangi beban ibu, dan aku harus dewasa agar aku bisa ambil kembali
mimpi-mimpiku dan wujudkannya. Pertama aku tak mengerti ayah, mengapa kuncinya
hanya ada dalam kata dewasa, aku tak berani bertanya lebih banyak pada kaka.
Biar nanti hal ini akan aku tanyakan juga pada bu Fani. Aku rasa dia telah
dewasa dan dia tahu banyak hal, aku yakin tak akan sulit baginya menjawab
pertanyaanku ini.
Aku
hanya bertatap dengannya, kadang diam bisa menerjemahkan lebih banyak bahasa
dibanding dengan bicara. Maka dari itu aku memilih diam juga tersenyum pada ayah,
aku tahu ini tak akan sering terjadi, bertemu ayah adalah keberuntungan jadi
aku harus melakukan tindakan yang tepat saat bertemu dengannya.
Dan
setelahnya ayah menghilang. Ayah kembali tak ada, aku merasa sendiri kini
menguasaiku. Setiap ayah menghilang aku percaya esok ia akan kembali untukku,
namun ternyata tak semudah itu bertemu dengannya. Mimpiku adalah bertemu dengan
ayah, kata kaka aku harus dewasa untuk menjadikan mimpiku nyata, jadi artinya
aku harus dewasa jika aku igin setiap hari ada ayah yang temaniku.Entahlah aku
tak tahu aku dimana, aku sendiri dan aku menagis.
Namun
sentuhan itu menyelamatkanku agar tak selamanya terjatuh. Itu sentuhan ibu, dan
aku bermimpi kali ini. Ternyata dari tadi aku mengigau memanggil ayah. Jadi
beberapa menit yang lalu aku bermimpi? Sayang.. kukira tadi dalam nyata.
^^^^
Esoknya
bu Fani mengajar di kelasku. Ia seorang guru yang baik, dan aku sangat menyukai
pelajarannya yaitu matematika karena ia
yang mengajarkan. Senyumnya selalu bisa buat kami jatuh cinta pada angka-angka
sulit di depan kami, karenanya kami tidak pernah menganggap kalau matematik itu
pelajaran yang membosankan. Aku juga akan menjadi seorang guru matematik
nantinya! Pasti, karena aku ingin seperti bu Fani.
Selesai
pelajaran aku menyusulnya ke luar kelas. Akan ku tanyakan hal yang tak ku
mengerti kemarin. Aku yakin ini adalah solusi terbaik.
“ ada
apa Cisa..? apa ada masalah dengan materi kali ini? “ ia berkata dengan lembut
seperti biasanya.
“ iya
bu, tapi bukan masalah materi. Ini masalah yang lain, masalah yang menyangkut
hidup saya bu.” Kita berbicara sambil duduk di pinggir taman yang berada di
setiap depan kelas.
“ coba,
ibu mau dengar, sepertinya serius.”
“pasti
bu. Ini masalah serius, ini masalah rumah tangga orang tua saya. Ada tetangga
yang menyarankan ibu untuk cari pengganti ayah, dan menurut saya itu salah!
Kalau ibu melakukan itu berarti ibu telah selingkuh dan ayah akan marah juga
akan menceraikan ibu. Tapi bagaimana ayah memberitahu jika ayah marah dan ingin
bercerai karena ayah saya sudah tak ada, tentunya ibupun tahu soal ini. Itu
masalah bagi saya bu. Apa yang harus saya lakukan?” bu fani malah tersenyum
mendengar penjelasan dariku, aku malah semakin tak mengerti.
“
dengarkan ibu ya cisa, ibu tahu ini masalah penting buat kamu. Dan ibu yakin
ibu kamu pasti tahu yang terbaik, ibu juga yakin ayah Cisa ga akan marah. Jadi
Cisa ga usah lagi ya memikirkan ini. Cisa berdoa terus sama allah, biar
ayah dan ibu dilindungi olehNYA. Ibu
yakin orang tua Cisa pasti bangga punya anak yang pintar seperti kamu.”
“ya bu,
semoga ibu Cisa ga berpikir buat selingkuh, amin. Bu,,satu lagi. Apa dewasa
menjadi kunci dari semuanya bu? Kata kaka saya harus dewasa suapaya bisa
mewujudkan mimpi saya, dewasa juga bisa membantu ibu, dan dewasa juga bisa
mengerti dunia ini. Tapi semuanya hanya ada pada kata dewasa bu?” bu fani
kembali tersenyum, sungguh itu senyuman paling cantik yang pernah ku lihat.
“ibu
setuju dengan kakamu, namun tidak hanya cukup dewasa tapi juga kerja keras
dengan kemauan yang tinggi dibutuhkan kalau Cisa mau mengerti dunia ini. Jadi
terus rajin belajar ya sayang!” bu fani mengelus pundakku dan pergi
meninggalkanku dengan pertanyaan yang semakin banyak. Ku rasa akan butuh waktu
lama jika aku ingin penjelasan sampai aku puas, jadi aku harus temui bu fani
dalam waktu senggangnya.
^^^^
Berminggu-minggu
hingga berganti bulan setelah aku menanyakan hal itu pada bu Fani. Namun aku
belum menemukan jawaban yang bisa menjawab semua pertanyaanku, tetapi aku sudah
tak terlalu memikirkan hal itu lagi. Aku yakin ibu bisa setia pada ayah.
Sore
ini seperti biasanya, selesai sekolah aku langsung mandi dan mengaji di mushola
sebelah rumah. Selesai mengaji langsung disambung dengan sholat maghrib
berjamaah, aku senang karena bisa sekalian bermain dengan teman-teman,
membicarakan banyak hal sampai kadang aku lupa untuk pulang dan belajar. Tapi
sayangnya ibu tak pernah lupa, sehingga aku pasti mendapat panggilan segera
kalau lama aku belum pulang juga.
Malam
ini berbeda, cukup lama aku bermain tapi belum ada panggilan juga dari ibu.
Karena aku ingat ada tugas untuk besok pagi jadi aku harus segera pulang dan
mengerjakannya. Sampainya aku di rumah, terlihat berbeda. Ada tamu ternyata
tapi entah siapa. Aku tak terlalu menghiraukannya, karena mungkin itu tamu
untuk ibu.
“ ibu
pasti sudah kenal pak harminto kan? Lurah di desa ini.” Pak Rt memulai
pembicaraan yang memecah suasana yang semula sunyi.
“ iya
pak Rt, tentunya saya tahu,, tapi maaf apa saya berbuat salah jadi pak lurah
harus datang langsung kesini?” ibu bertanya dengan sopan, aku malah keterusan
menguping pembicaraan dari dapur.
“
begini bu kami kemari dengan maksud baik, saya mewakili pak harminto
menyampaikan kalau kami ke rumah ibu ratna malam ini bermaksud ingin melamar Bu
Ratna menjadi istri Pak Harminto. Bagaimana? Mungkin terlalu terburu-buru atau
mendadak, tetapi niat baik memang seharusnya segera disampaikan.” Wajah ibu
kini berubah kaget. Begitupun aku, aku sangat kaget karena kalimat yang baru
saja aku dengar barusan. Pak lurah hanya tertunduk diam menunggu jawaban dari
ibu.
“
begini pak. Terus terang saya sangat kaget dengan apa yang barusan Pak Rt
utarakan, tentunya ini kehormatan buat saya. Tapi saya sungguh tidak bisa
memutuskan.” Kemudian ibupun tertunduk.
“
memangnya ada apa bu? Tentunya Bu Ratna tahu kalau saya singgle.” Pak lurah
kini angkat bicara.
“ ada
dua anak saya yang harus didengarkan pendapatnya, dan saya juga butuh berpikir.
Tidak mungkin saya memutuskan begitu saja, boleh saya meminta waktu untuk
memikirkan ini?”
Dan pembicaraanpun berakhir, cukup lama. Ibu meminta waktu
tiga hari untuk berpikir. Entah, aku merasa sedih, aku berpikir inilah mungkin
awal dari ibu akan selingkuh. Pikiran yang kemarin sempat buatku pusing kini
terjadi dan aku tidak bisa berhenti untuk memikirkannya.
^^^^
Satu
hari setelahnya kaka datang dari jakarta, aku tahu benar kalau kaka datang
untuk membicarakan masalah lamaran untuk ibu kemarin malam. Aku berharap kaka
menolak, supaya ibu tidak akan selingkuh dan bercerai dengan ayah. Aku sangat
menyayangi ayah, dan tak mau jika ayah digantikan meski oleh pak lurah
sekalipun.
Malamnya
kami dikumpulkan di ruang makan, karena hari ini pengajian libur jadi aku
berada di rumah.
“ ibu
kemarin dilamar pak lurah. Ibu tahu ini begitu cepat, ibupun kaget.” Ibu
berbicara tanpa memandang kami, aku hapal ibu akan begitu jika ia sedang
bingung dengan suatu masalah, dan kali ini ibu bingung.
“
maksudnya apa bu? Pak lurah melamar ibu menjadi istrinya?” kaka bertanya
bingung.
“iya
nak. Ibu meminta pendapatmu tentang hal ini, ibu tidak bisa memutuskan
sendiri.” Aku masih tetap diam.
“kalau
ayu terserah ibu saja, asal ibu senang ayupun begitu. Ayu mau yang terbaik buat
ibu, ayu pikir tak ada salahnya jika ibu menerima toh pak lurah orang yang
baik. Pasti pak lurah bisa membantu ibu, dan asalkan pak lurah menyayangi Ayu
dan Cisa seperti ayah.” Ibu tersenyum.
“kalau
Cisa apa punya pendapat?” ibu mempersilahkan aku untuk berbicara. Bukannya
bicara aku malah terisak menangis, aku tak bisa menahan air mata yang dari tadi
memaksaku untuk menangis.
“kenapa
nak? Cisa kenapa?” ibu dan kaka kebingungan.
“ Cisa
ga mau ibu selingkuh! Cisa ga suka. Ayah akan tahu dan segera menceraikan ibu.
Ibu....tidak bisakah ibu etia pada ayah? Kasihan bu,,, ayah sendiri disana.
Cisa sedang berusaha keras untuk belajar menjadi dewasa dan belajar dengan giat
supaya Cisa bisa buat nyata mimpi Cisa yaitu buat ayah bisa kembali seperti
dulu dan kita bahagia. Cisa juga ingin dewasa supaya bisa bantu ibu, dan ibu ga
perlu selingkuh sama pak lurah, lagipula berarti pak lurah juga elingkuh dan
akan bercerai dengan istrinya bu? Cisa ga mau...” aku semakin kencang menangis,
dadaku mulai sesak karena memaksa berbicara terus. Aku tak bisa bayangkan
perasaan ayah saat ini, pasti ia sedang menangis sepertiku. Ibu tersenyum
sambil menahan tangis aku tahu itu. Dan kaka iapun begitu, kupikir ini bagus
karena aku berhasil membuat mereka sadar.
“ Cisa dengerin ibu ya sayang. Ayah tentunya sayang...sekali
sama Cisa dan bangga punya anak pintar seperti Cisa. Ayah akan menjadi ayah
kaka Ayu dan Cisa selamanya. Dan sepertinya ibu perlu beri tahu Cisa kalau jika
seseorang yang ditinggal meninggal atau bercerai pasangannya dibolehkan menikah
lagi tanpa harus berselingkuh. Ibu tahu Cisa anak baik, dengan lihat Cisa
tersenyum setiap hari ibu sudah merasa terbantu, dan ayah akan selalu ada untuk
selamanya di hati kita. Cisa ga perlu memaksa untuk menjadi dewasa karena saat
ini ibu lebih suka Cisa yang anak-anak.” Ibu tersenyum penuh arti. Aku mulai
berhenti menangis, namun hatiku masih perih jika membayangkan wajah ayah yang
akan digantikan pak lurah jika ibu menerima lamaran itu.
Akupun akhirnya menyerah, aku terlalu lelah untuk memikirkan
masalah ini. Tak terasa aku tertidur di pangkuan ibu setelah ia menceritakan dongeng
putri salju kesukaanku, namun aku masih bisa merasakan saat ia memberi kecupan
hangat di dahiku dan mengucapkan kalau ia sangat menyayangiku. Akupun sangat
menyayanginya tuhan...lindungilah ibu, ayah juga kakaku. Karena tanpa mereka
hidupku tak berarti.
^^^^
Setelah
hari yang ditentukan ibu sebelumnya pak Lurah juga pak Rt datang kembali ke
rumahku, tak lupa dengan oleh-oleh yang dibawanya seperti bebrapa hari yang
lalu. Begitupun dengan ibu, meja ruang tamu penuh dengan sajian. Hari ini
seperti hari spesial saja, namun aku sedikit tak suka.

Aku
hanya bisa mendengar dari dapur sama seperti kemarin aku menguping pembicaraan.
Dalam hatiku menjerit, aku tak setuju dengan ini semua. Meski aku tak tahu
sampai sekarang apa jawaban yang akan disanpaikan ibu nanti, namun aku terus
merasa kalau ayah juga bersedih sepertiku. Jika aku bisa, aku ingin memeluk
ayah dan bilang padanya kalau ia tak perlu bersedih karena aku akan selalu
berada di pihaknya. Selamanya.
Suasana
kini hening, ibu didampingi kaka yang duduk di sampingnya. Aku mulai menangis
merasakan perih, aku takut. Kulihat ibu dengan penuh harap, ia duduk tegak dengan pandangan kosong. Aku tahu di ruangan itu semua bertanya dalam hatinya,
begitupun aku dan mungkin ayah.