Hei, kamu wanita yang sering terbawa emosinya. Kadang kamu marah, sedih bahkan bisa saja tertawa. Tawamu itu kadang- kadang terasa sangat geli, namun tangis dalam sedihmu juga kadang terdengar sangat perih.
Hei kamu wanita yang sering terbawa emosinya. Lihatlah kembali apa yang kamu punya. Sadari kalau kau ini tanpa apa-apa. Maka jangan takabur, mendongak kepadaNYA. Jangan terbawa arus diri. Congkak, serakah. Ingat kau juga nanti akan pergi. Tanpa membawa apa-apa pada saat menghadap Sang Illahi.
Hei kamu wanita yang sering terbawa emosinya. Petakan hidupmu, buat rencanamu. Ingat, rencana yang akan nyata. Bukan rencana berdasar pada andai-andai. Raihlah, dan terus menjadi berguna.
Hei kamu wanita yang sering terbawa emosinya. besarkan hatimu, maafkan lukamu. Jangan pelihara bangkai-bangkai kuman hati yang menggerogoti jiwa. Sebarkan senyummu, jangan tancapkan amarahmu. Cukup kamu saja yang tahu.
Hei kamu wanita yang sering terbawa emosinya. Kuncilah hati dan emosimu setelah membaca pesan ini. Agar ingat kau selalu. Agar tergerak hati dan pikiranmu. Doaku, semoga Allah meridhoi berhasil dunia dan akhiratmu.
3.26.2015
3.14.2015
Mencintai Manusia Kembali
Nena kembali terbangun, ia kembali sadar kebiasaannya kini harus dipaksa untuk hilang. Siapa yang tak mau mencoba hal baru, mungkin saja hal tersebut adalah terbaik. Siapa yang tak suka dengan terus melangkah maju, namun untuk hal ini ia masih merasa belum butuh.
Ia sudah tak lagi ingin menjadi lemah, egonya menjulang tak ingin terlihat kalah. Nena mulai menghitung peluangnya, ia ingin hanya akan ada satu cinta. Cinta hakiki pada Sang Illahi, sehingga kalau nanti ia mencintai manusia kembali, tak akan terjadi seperti saat ini.
Lalu sejurus ia kembali terseret emosi, kenangan-kenangan itu melayang penuh di kantung-kantung kesedihannya. Melucuti rasa tangguhnya. Namun layaknya kantung, yang bisa diikat agar tak keluar isi di dalamnya. Ia pun mulai kembali mengatur hati, mengikat kantung itu dengan rantai-rantai doa. Tak hanya itu, ia pun mulai menggantungkan kepingan hidup pada ranting harapan. Lalu mulai ia hias dengan senyuman.
Ia yakin, semua akan menjadi baik, walau akan lalui sesekali rasa rindu yang terasa mencekik.
Ia sudah tak lagi ingin menjadi lemah, egonya menjulang tak ingin terlihat kalah. Nena mulai menghitung peluangnya, ia ingin hanya akan ada satu cinta. Cinta hakiki pada Sang Illahi, sehingga kalau nanti ia mencintai manusia kembali, tak akan terjadi seperti saat ini.
Lalu sejurus ia kembali terseret emosi, kenangan-kenangan itu melayang penuh di kantung-kantung kesedihannya. Melucuti rasa tangguhnya. Namun layaknya kantung, yang bisa diikat agar tak keluar isi di dalamnya. Ia pun mulai kembali mengatur hati, mengikat kantung itu dengan rantai-rantai doa. Tak hanya itu, ia pun mulai menggantungkan kepingan hidup pada ranting harapan. Lalu mulai ia hias dengan senyuman.
Ia yakin, semua akan menjadi baik, walau akan lalui sesekali rasa rindu yang terasa mencekik.
cinta dengan logika
Lalu akhirnya, kali ini saya lebih ekspresif dari biasanya. Rasanya ingin berbagi apa yang saya rasakan saat ini, ingin orang lain tahu lalu bersimpati.
Saya salah.
Ia selalu bilang untuk apa menyampah?
Tapi kali ini saya rasa memerlukan bantuan mereka.
Saya serasa tanpa siapa siapa. Padahal sebenarnya saya bersama mereka.
Saya hanya harus beradapatasi dan restart ulang semua yang ada di otak, hati dan benak.
Saya hanya harus menyusun ulang rencana, dan memikirkan semua kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Saya belum menyerah.
Semuanya pasti akan indah.
Jadi mungkin juga salah,
Lirik lagu itu,
Yang berbunyi "cinta tak kenal logika"
Saya salah.
Ia selalu bilang untuk apa menyampah?
Tapi kali ini saya rasa memerlukan bantuan mereka.
Saya serasa tanpa siapa siapa. Padahal sebenarnya saya bersama mereka.
Saya hanya harus beradapatasi dan restart ulang semua yang ada di otak, hati dan benak.
Saya hanya harus menyusun ulang rencana, dan memikirkan semua kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Saya belum menyerah.
Semuanya pasti akan indah.
Jadi mungkin juga salah,
Lirik lagu itu,
Yang berbunyi "cinta tak kenal logika"
Langganan:
Postingan (Atom)