2.17.2015

Dua Sisi Nena

Ia, dalam keheningan malam. Dingin, masih dengan selimutnya dan musik soundtrack drama korea yang sangat disukainya. Nena lalu bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya saat lelaki itu menjawab pesan singkat yang semenit sebelumnya ia telah kirimkan. Ia hanya menuliskan nama lelaki itu “Joko” dalam pesan singkatnya barusan. Ia hanya menginginkan Joko membalas, ia hanya ingin mengetahui bagaimana respon dari lelaki itu.
Lima menit, sepuluh menit dan berlanjut sampai setengah jam lamanya, handphonennya sama sekali tidak berdering. Joko tidak menanggapi pesannya itu. ia kemudian berawang-awang, memikirkan apa yang sebenarnya tengah dipikirkan oleh Joko. Apakah ia menghapus kontak ku? Atau ia malah justru sedang tertawa menang di sana. Ah, ia kemudian merasa menyesal karena telah kalah. Kalah harus berdiam tanpa menghubungi Joko terlebih dahulu. “kalau begini, jadi ketahuan siapa yang lebih mencintai..!” sesalnya. Namun, sekali lagi ia mengangkat handphonennya, melihat apakah sinyal di HP nya benar-benar sedang stabil. Siapa tahu ini masalah sinyal, seperti biasanya. Nena mencoba untuk menghibur diri.
“Apakah aku harus kalah? Atau sudahi saja sampai sini. Lelaki itu, entah apa yang ingin ia tunjukkan padaku?” Nena terus menggerutu. Menyesali mengenai pesan singkatnya.
“Ingatlah bagaimana kalian pernah mengungkap janji bersama. Bagaimana kalian membayangkan akan hidup bersama nantinya. Ini hanyalah cobaan kecil, jadi untuk apa dibesar-besarkan. Toh, ini bisa dilewati dengan sangat mudahnya. Sudah, maafkan saja kesalahan apapun dirinya. Jika memang ia tidak sadar mengenai salahnya, anggaplah itu menjadi pahalmu karena telah memaafkan. Kau juga musti introspeksi diri, Nena! Bukan hanya Joko yang salah, pastinya kau juga punya banyak kesalahan. Jadi, berbaik hatilah padanya dan berbaikanlah”. Salah satu sisi hati Nena berbisik.
Namun, seketika sisi lain menyela apa yang dikatakan sebelumnya.
“ Gengsi! Untuk apa minta maaf duluan. Toh setiap kali kalian bertengkar, kau selalu jadi pihak yang menyesal. Kau terlalu lembek, jadi ia dengan senang hati bisa mempermainkan hatimu dengan sangat mudahnya. Kenapa tidak beri saja ia pelajaran, kalaupun nanti ia tidak bisa terima, berarti kalian tidak bisa bersama. Justru karena ini masalah kecil, kau bisa lihat keseriusannya”.
Nena kemudian masih sangat bingung dengan segala macam hipotesis tentang Joko. Kesehariannya akhir-akhir ini menjadi aneh, ia senang karena seperti akan bebas. Namun seperti terus ada yang mengikatnya. ia tak pernah merasa marah jika mengingat-ingat mengenai penyebab ia bertengkar dengan Joko terakhir kali. Ia pun tidak menjauhi barang-barang yang diberi Joko. Ia malah berbalik tanya pada dirinya sendiri, apa ini yang sedang aku rasakan?. Apakah aku masih mencintainya seperti dulu? Ataukah ini bentuk dari rasa cinta itu?
Entahlah, Nena tidak dapat menjawabnya. Ia hanya berbaring sambil terus memandangi langit kamar, masih dengan deretan lagu drama korea kesukaannya. Cinta itu, ia tidak mengerti. Apa yang ia alami, adalah rasa suka yang berubah menjadi kebiasaan. Terbiasa, yang sekarang ini ia coba untuk lepaskan....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar