Ia, dalam keheningan malam. Dingin, masih
dengan selimutnya dan musik soundtrack drama korea yang sangat disukainya. Nena
lalu bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya saat lelaki itu menjawab pesan
singkat yang semenit sebelumnya ia telah kirimkan. Ia hanya menuliskan nama
lelaki itu “Joko” dalam pesan singkatnya barusan. Ia hanya menginginkan Joko
membalas, ia hanya ingin mengetahui bagaimana respon dari lelaki itu.
Lima menit, sepuluh menit dan berlanjut sampai
setengah jam lamanya, handphonennya sama sekali tidak berdering. Joko tidak
menanggapi pesannya itu. ia kemudian berawang-awang, memikirkan apa yang
sebenarnya tengah dipikirkan oleh Joko. Apakah ia menghapus kontak ku? Atau ia
malah justru sedang tertawa menang di sana. Ah, ia kemudian merasa menyesal
karena telah kalah. Kalah harus berdiam tanpa menghubungi Joko terlebih dahulu.
“kalau begini, jadi ketahuan siapa yang lebih mencintai..!” sesalnya. Namun,
sekali lagi ia mengangkat handphonennya, melihat apakah sinyal di HP nya
benar-benar sedang stabil. Siapa tahu ini masalah sinyal, seperti biasanya.
Nena mencoba untuk menghibur diri.
“Apakah aku harus kalah? Atau sudahi saja
sampai sini. Lelaki itu, entah apa yang ingin ia tunjukkan padaku?” Nena terus menggerutu.
Menyesali mengenai pesan singkatnya.
“Ingatlah bagaimana kalian pernah mengungkap
janji bersama. Bagaimana kalian membayangkan akan hidup bersama nantinya. Ini hanyalah
cobaan kecil, jadi untuk apa dibesar-besarkan. Toh, ini bisa dilewati dengan
sangat mudahnya. Sudah, maafkan saja kesalahan apapun dirinya. Jika memang ia
tidak sadar mengenai salahnya, anggaplah itu menjadi pahalmu karena telah
memaafkan. Kau juga musti introspeksi diri, Nena! Bukan hanya Joko yang salah,
pastinya kau juga punya banyak kesalahan. Jadi, berbaik hatilah padanya dan
berbaikanlah”. Salah satu sisi hati Nena berbisik.
Namun, seketika sisi lain menyela apa yang
dikatakan sebelumnya.
“ Gengsi! Untuk apa minta maaf duluan. Toh setiap
kali kalian bertengkar, kau selalu jadi pihak yang menyesal. Kau terlalu
lembek, jadi ia dengan senang hati bisa mempermainkan hatimu dengan sangat
mudahnya. Kenapa tidak beri saja ia pelajaran, kalaupun nanti ia tidak bisa
terima, berarti kalian tidak bisa bersama. Justru karena ini masalah kecil, kau
bisa lihat keseriusannya”.
Nena kemudian masih sangat bingung dengan
segala macam hipotesis tentang Joko. Kesehariannya akhir-akhir ini menjadi
aneh, ia senang karena seperti akan bebas. Namun seperti terus ada yang
mengikatnya. ia tak pernah merasa marah jika mengingat-ingat mengenai penyebab
ia bertengkar dengan Joko terakhir kali. Ia pun tidak menjauhi barang-barang
yang diberi Joko. Ia malah berbalik tanya pada dirinya sendiri, apa ini yang
sedang aku rasakan?. Apakah aku masih mencintainya seperti dulu? Ataukah ini
bentuk dari rasa cinta itu?
Entahlah, Nena tidak dapat menjawabnya. Ia hanya
berbaring sambil terus memandangi langit kamar, masih dengan deretan lagu drama
korea kesukaannya. Cinta itu, ia tidak mengerti. Apa yang ia alami, adalah rasa
suka yang berubah menjadi kebiasaan. Terbiasa, yang sekarang ini ia coba untuk
lepaskan....