1.13.2015

Seorang Anak


Pernahkah kita berpikir bahwa suara kita menjadi kebahagiaan untuk mereka?

Pernahkah kita berpikir bahwa senyum kita menjadi semangat untuk mereka?

Pernahkah kita berpikir bahkan tidur dan setiap nafas kita menjadi energi untuk mereka?

Itulah seorang anak, yang terkadang tak sadar bahwa dirinya sangat berarti bagi orang tuanya. Sering merasa ditinggalkan lalu berpaling dan mulai berpikir macam-macam tentang mereka.

Tahukah kamu wahai sahabat, separuh hidup mereka adalah visi membesarkan kita, mereka merelakan hidup yang berharga dan tak akan terulang untuk memiliki kita.

Mereka, hanyalah mendapatkan sisa saat ini. Sisa usia untuk merasakan sendiri setelah usianya mereka persembahkan untuk merawat anaknya. Sisa rezeki untuk dirinya setelah uangnya hanya untuk makan dan sekolah anaknya. Sisa makan ketika kita anaknya telah merasa kenyang. Dan semua sisa dalam kehidupan yang mereka bagi bersama anaknya.

Mulia bukan?

Mereka adalah orang terbaik yang akan menjadi tempat kita pulang untuk berkeluh kesah. Sesekali mungkin mereka pernah memaksakan kehendak atau berbuat kesalahan. Namun, ketahuilah mereka juga manusia. Manusia yang sekali lagi rela berbagi dengan kita.

Bukan atas nama takut durhaka, kau berusaha membahagiakannya. Namun seharusnya kau lakukan itu untuk berterimakasih pada mereka. Isi satu dunia inipun diberikan padanya, tak akan mampu membalas jasa mereka.

Bantuan siapa kita dapat berdiri seperti sekarang ini? bantuan siapa kita dapat tumbuh sampai dewasa seperti sekarang ini?

Setelah ibu mengandung sembilan bulan, menyusui dan merawat kita dengan sepenuh hati. 
Setelah ayah banting tulang memenuhi kebutuhan kita setiap harinya. Bukan hanya kebutuhan, bahkan keinginan kita pun tak jarang mereka penuhi.

Namun, apa balasan kita?
Hanya merengek meminta ini dan itu. Hanya membuatnya malu  di depan tuhan karena tak dapat membimbing kita menjadi anak yang patuh agama. Membuat aib dalam hidupnya dengan banyak melakukan pelanggaran terhadap aturan. Mereka, sebenarnya bisa saja tidak lagi mengakui kita. Namun apa daya, kita adalah separuh dari kehidupan mereka.

Bahagiakanlah mereka, teman.

Buatlah suara yang indah dengan lantunan ayat-ayat alqur’an.
Buatlah mereka terus bersemangat dengan senyum tulus kita ketika membantunya. Senyum menerima ketika mereka menasihati, dan senyum ikhlas ketika merawat mereka pada masa tuanya.


Karena mereka rela berbagi separuh hidupnya dan hanya mendapatkan sisa dari kita, anak-anaknya.